MV Karadeniz Powership Zeynev Sultan, Pembangkit Listrik Terapung Minahasa Selatan

Indoplaces pernah bercerita soal PLTU Amurang: pembangkit listrik 2x30 MW di Minahasa Selatan yang gemar rusak dan selalu bikin pusing Dahlan Iskan, baik sewaktu jadi bos PLN maupun ketika akhirnya dia menjadi Menteri BUMN. Sebagai solusinya, Dahlan Iskan dan pasukannya akhirnya 'menyewa' PLTU 2x30 MW dari konsorsium swasta lokal. Masalah PLTU yang hobi rusak itu mungkin sudah teratasi, tapi soal kecukupan listrik tampaknya belum. Walhasil, PLN pun akhirnya, pada 2015, kembali menyewa pembangkit swasta lagi. Jika sebelumnya menyewa pembangkit di darat, sekarang PLN menyewa pembangkit di laut: MV Karadeniz Powership Zeynev Sultan, kapal asal Turki yang mampu membangkitkan listrik 120 MW.

MV Karadeniz Powership Zeynev Sultan, yang dalam bahasa PLN disebut sebagai MVPP (marine vessel power plant) sudah hadir dan beroperasi di area pantai di samping utara PLTU Amurang. Google Maps juga sudah punya citra satelit yang memotret kapal berdarah Turki yang punya 6 cerobong asap itu (simak peta di bawah). Kapal pembangkit ini merupakan satu dari 5 kapal pembangkit (totalnya 540 MW) yang disewa PLN selama 5 tahun dari PT Kar Powership Indonesia, anak perusahaan Karpowership, yang merupakan anak perusahaan Karadeniz Energy Group. Yang terakhir ini merupakan divisi bisnis energi Karadeniz Holding, raksasa bisnis Turki. Zeynev Sultan menjadi kapal pembangkit listrik terapung pertama yang datang ke dan beroperasi di Indonesia. Presiden Jokowi meresmikan kehadirannya pada 8 Desember 2015 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Setelah itu barulah kapal pembangkit ini berlayar dan akhirnya ditambatkan di pantai samping PLTU Amurang, di Desa Moinit, Kecamatan Amurang Barat, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, pada 25 Desember 2015.

Sebagai kapal pembangkit listrik terapung, MV Karadeniz Powership Zeynev Sultan terbilang masih baru. Kapal ini, dan dua kapal lainnya (MV Karadeniz Powership Yasin Bey dan MV Karadeniz Powership Gokhan Bey), sengaja dibangun untuk memenuhi permintaan sewa dari PLN. Tapi sebagai kapal, dia tergolong sudah berumur. Berdimensi 159 x 20 meter, kapal ini semula adalah kapal barang buatan Helsinski, Finlandia, keluaran September 1984. Pada 2015 kapal ini disulap menjadi kapal pembangkit listrik di galangan kapal Sedef Shipyard, Tuzla, Istambul. Tepat 27 Oktober 2015, kapal Zenev Sultan diberangkan ke Jakarta.

Aslinya, Zeynev Sultan punya kapasitas pembangkitan sebesar 125MW. Tapi sesuai pesanan, maksimal daya yang akan dihasilkannya di Amurang hanya sampai 120 MW. Listrik yang diproduksinya berasal dari mesin genset berbahan Heavy Fuel Oil (HFO), yang tergolong BBM murah dan melimpah di Indonesia. Meski begitu, sedari awal mesin pembangkit di Zeynev Sultan sudah dirancang untuk bisa mengkonsumsi gas, jika memang diinginkan oleh sang penyewa.

PT Kar Powership Indonesia terbilang bersahabat dengan awak media di Indonesia. Pada April 2016, sejumlah wartawan pernah diundang untuk melihat jeroan kapal MV Karadeniz Powership Zeynev Sultan. Selain melihat 6 mesin yang masing-masing menghasilkan listrik 20 MW, mereka juga menyaksikan kesibukan karyawan yang bergantian kerja selama 24 jam penuh sejak pembangkit beroperasi pertengahan Januari 2016. Untuk mengoperasikan kapal itu, Zeynev Sultan diawaki 54 ahlil mesin asal Turki dan 15 orang dari Indonesia.

Lantas, seberapa penting listrik Zeynev Sultan bagi kelistrikan di Sulawesi Utara, dan juga provinsi sebelah yang ikut menikmatinya: Gorontalo? Kelihatannya listrik Turki ini memang diperlukan. Februari 2017 lalu, GM PLN Suluttenggo, Baringin Nababan, bilang kalau kapal Turki itu memasok 45 persen listrik di wilayah kerjanya (Sulut, Sulteng, dan Gorontalo). Sisanya, 22 persen berasal dari pembangkit listrik sewa (PLTU Amurang) dan 33 persen lagi dari pembangkit milik PLN. ''Bisa dilihat, produksi listrik sewa dan listrik kapal mencapai 67 persen. Artinya, kita masih bergantung pada produksi listrik dari luar,'' kata Baringin Nababan.