Tambang Emas Toka Tindung, Minahasa Utara

Dari London, tepat akhir Oktober lalu, terdengar kabar manis. Archipelago Resources Plc mengumumkan kalau angka produksi tambang emasnya di Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, kembali naik pada kuartal ke-3 tahun 2012: meningkat 28 persen dibanding kuartal sebelumnya. Totalnya, selama 9 bulan terakhir, tambang emas itu sudah menghasilkan 96.570 ounces emas, setara dengan 2.737,71 kilogram emas.

Archipelago Resource Plc perlu menebar cerita di London karena saham perusahaan milik konglomerat Peter Sondakh (PT Rajawali Corpora) ini memang diperdagangkan di London Stock Exchange. Tambang emas ini dikelola oleh dua perusahaan, PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya, yang 95 persen sahamnya dimiliki Archipelago Resource. Sisanya yang 5 persen dimiliki PT Rajawali Corpora. Meski kepemilikan langsungnya sedikit, Rajawali Corpora sebenarnya jadi pemilik utama tambang, karena 85 persen saham Archipelago Resource juga menjadi miliknya. Archipelago Resources sendiri baru mengakuisi kedua perusahaan tambang emas tadi pada 2002 dari Aurora Gold, perusahaan Australia yang memutuskan hengkang dari Indonesia karena ketidakpastian hukum dan banyaknya penambang emas liar di sana. Sisa saham di Archipelago Resource dimiliki oleh Baker Steel Resources Trust Ltd, perusahaan Inggris yang kini sedang mengarap proyek Black Pearl, tambang pasir besi di Kabupaten Cianjur.

Tambang emas di Minahasa itu biasa disebut tambang emas Toka Tindung. Restu pemerintah bagi tambang ini sudah dikeluarkan sejak 1986 (kontrak karya generasi VI). Luas area tambangnya mencapai 8.986 hektar (400 ribu km persegi), atau 1,3 persen dari rencana kontrak karya yang 741.000 hektar. Ketika itu direncanakan tambang emas ini akan mulai berproduksi pada 2010, namun karena berbagai hal --termasuk masalah Amdal dan kisruh dengan penduduk lingkar tambang (11 desa) dan juga LSM lingkungan-- emas Toka Tindung baru benar-benar kelihatan sosoknya pada April 2011. Sedangkan produksi sungguhannya baru dilakukan mulai November 2011, atau kuartal akhir 2011.

Untuk menggarap tambangnya, Archipelago Resources mengerahkan dua kontraktor berdarah asing, yakni PT McConnell Dowell Indonesia (afiliasi McConell Dowel, Australia) dan PT Leighton Contractors Indonesia (afiliasi Leighton Asia, Hongkong). Keduanya juga menjadi kontraktor utama yang menggarap tambang Emas Martabe. Bedanya, kali ini McConnell Dowel tak membangun pabrik pengolahan emas baru, melainkan me-refurbish pabrik emas bekas yang dibeli Archipelago Resource dari Chili, Amerika Selatan. Pabrik dan mesinnya itu semula dipakai di tambang emas El Tamblo, milik Barrick Gold Corporation. Pabrik ini punya kapasitas pengolahan sebanyak 1,7 juta metrik ton per tahun.

Tambang emas Toka Tindung secara keseluruhan punya cadangan emas sebesar 1,75 juta ounces emas. Adapun yang diyakini bisa ditambang sekitar 1,1 juta ounces. Toka Tindung sendiri hanya nama umumnya saja, yang dipetik dari nama tambang galian terbuka (pit) yang punya kandungan emas terbesar. Selain Toka Tindung pit, setidaknya sudah dipastikan 4 satellite pit atau tambang kecil lainya. Yakni: Pajajaran, Blambangan, Araren, dan Kopra. Sejak pertengahan 2012 ini, Archipelago Resource sudah mulai melakukan penambangan di tambang Kopra dan Pajajaran. Selain yang sudah pasti itu, Archipelago Resource juga sudah mengidentifikasi belasan tambang potensial lainnya di wilayah hak konsesinya.