Menara Jamsostek, Jakarta Selatan

Menara Jamsostek yang punya 2 tower setinggi 25 lantai di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, akan dijual. Dana hasil penjualan, sekitar Rp 400 miliar, akan dipakai membangun 40.000 rumah bagi para karyawan yang jadi anggota Jamsostek. Kabar bagus? Tidak juga. Sekarang sudah tak ada Jamsostek. Lembaga ini sudah ganti label jadi BPJS Ketenagakerjaan. Rencana jual itu, yang disampaikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Al Hilal Hamdi, adalah cerita lama ketika gedung baru rampung tahun 2000. Dan Menara Jamsostek sampai sekarang masih jadi milik BPJS Ketenegakerjaan.

Menara Jamsostek memang gedung lama. Sempat berstatus akan ''Dikaji Kembali'', pembangunanya diteruskan kembali sesuai keputusan yang dikeluarkan Presiden Soeharto pada 1 November 2017. Maka kontraktornya pun, PT Total Bangun Persada Tbk melaksanakan pembangunnya dan menuntaskannya pada tahun 2000. Gedung itu diserahterimakan pada 21 Mei 2011 dan setahun lebih kemudian, 12 Nopember 2002, Jamsostek menetapkan gedung itu sebagai gedung perkantoran untuk disewakan dan ''bisa dimanfaatkan'' hingga 19 tahun kemudian.

Dengan ''pemanfaatan'' tadi berarti pula niat menjual Menara Jamsostek yang diutarakan Menakertrans Al Hilal Hamidi pada Oktober 2000 tak jadi terlaksana. Selanjutnya, gedung yang dibangun degan investasi senilai Rp 400 miliar itu, dan yang pada akhir 2002 nilai bukunya tercatat sebesar Rp 415 miliar, dipercayakan pengelolannya kepada PT Binajasa Abadikarya (Bijak), anak perusahaan Jamsostek yang ketika itu berbisnis utama sebagai PJTKI (pengerah jasa tenaga kerja Indonesia). Sekarang, Bijak sudah berganti orientasi bisnis sebagai pengembang properti dan perusahaan manajemen properti, yang selain mengelola Menara Jamsostek, juga mengelola puluhan menara (tower) yang ada di berbagai Rusunawa (rumah susun sederhana sewa) yang dibangun Jamsostek. Menurut hasil audit BPK semester 2 tahun 2018, kinerja usaha penyewaan gedung milik BPJS Ketenagakerjaan masih belum maksimal.

Menara Jamsostek berada di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, yang sejak beberapa tahun terakhir semakin laris jadi kawasan perkantoran. Menara Jamsostek punya dua menara yang sama-sama berketinggian 25 lantai. Yang satu, Menara Utara, berada di bagian depan di bangun melebar mengikuti lebar lahan di sisi Jalan Gatot Subroto. Yang satu lagi, Menara Selatan, berada di bagian belakang, atau yang sekarang ini jadi berada di belakang Wisma Mulia 2. Menara Utara dan Menara Selatan saling terhubung mulai dari basemen hingga ke lantai 11 oleh gedung parkir dan area komersial setinggi 11 lantai. Gedung parkir Menara Jamsok pernah jadi sorotan karena jatuhnya sebuah sedan dari lantai 8 pada Januari 2008.

Pembangunam Menara Jamsostek sempat diwarnai dugaan korupsi. Mantan Menaker Abdul Latief dan mantan Dirut PT Jamsostek Abdillah Nusi pun pernah diperiksa Kejaksaan Agung. Namun kasus dugaan korupsi Menara Jamsostek senilai Rp 3,8 miliar itu akhirnya di SP3-kan pada September 2000. Meski kasus sudah ditutup, 3 tahun kemudian, Oktober 2013, mantan Menaker Abdul Latief kembali diperiksa di Gedung Bundar Kejaksaan Agung, yang artinya kasus korupsi ini buka kembali. Nilai kerugian negara akibat korupsi itu pun sudah naik jadi Rp 15 miliar. Tapi akhirnya kabar dan cerita seputar kasus ini hilang ditelan zaman.

Lantas, sekarang, apakah BPJS Ketenagakerjaan, sebagai pemilik, menempati gedung Menara Jamsostek, yang diapit gedung Wisma Mulia 2 dan gedung Capital Place? Ternyata tidak. BPJS Ketenagakerjaan lebih suka menempati gedung yang sudah lama ditempati sejak masih bernama PT Astek, yang juga berada di Jalan Gatot Subroto, dekat dengan Hotel Kartika Chandra dan Jembatan Semanggi. Adapun yang berkantor di Menara Jamsostek, di Menara Selatan, adalah Kanwil BPJS Ketenagakerjaan DKI Jakarta.