Masjid Agung Baiturrahman, Kabupaten Ngawi

Renovasi Masjid Agung Baiturrahman di alun-alun Kabupaten Ngawi mestinya selesai pada Desember 2008. Biayanya renovasinya pun semestinya Rp 7,5 miliar saja. Tapi apa mau dikata, terjadi kesalahan pelaksanaan proyek. Buntutnya, kontraktor pelaksananya harus diganti. Biaya renovasi yang disiapkan pun, yang diambilkan dari 'Dana Cadangan' Kabupaten Ngawi, akhirnya jadi membengkak jauh hingga mencapai Rp 12,7 miliar. Tapi akhirnya, pada 26 Oktober 2009, Gubernur Jatim Soekarwo bisa meresmikannya berbarengan peresmian Terminal Kertonegoro, Ngawi, yang berbiaya Rp 42,5 miliar.

Peresmian wajah baru Masjid Agung Baiturrahman tidak berlangsung di area sang masjid. Peresmiannya dilakuan secara simbolis --bersama banyak proyek lain-- di Terminal Kertonegoro, yang jadi obyek utama kunjungan kerja Soekarwo, gubernur yang saat itu baru menjalankan tahun awal kepemimpinan periode pertamanya di Jawa Timur. Meski begitu, di siang harinya, Gubernur Soekarwo dan rombongan berkenan mampir ke Majid Agung Baiturrahman untuk menunaikan sholat Dzuhur, sekaligus menandai penggunaan perdana masjid hasil renovasi: masjid berdaya tampung 4.000 jamaah, yang punya luas bangunan 2.500 meter persegi, dan berdiri di lahan wakaf seluas 2.930 meter persegi.

Masjid Agung Baiturrahman terbilang masjid tua. Prasasti kuno yang ada di masjid menyebut masjid ini dibangun pada 25 Nopember 1879. Dulu dikenal dengan sebuatan 'Masjid Gedhe', nama Masjid Agung Baiturrahman baru dipakai setelah keluar SK Bupati Ngawi No 68 tahun 1988 per tanggal 7 April 1988. Pemakaian nama baru ini juga menandai selesainya proses renovasi yang dilakukan sejak dua tahun sebelumnya, 1986. Renovasi terbesar pertama itu menghabiskan dana Rp 360 juta. Rinciannya, Rp 200 juta berasal dari swadaya masyarakat, dan Rp 160 juta lagi bersumber dari bantuan presiden.

Pada 2007, saat Kabupaten Ngawi dipimpin Bupati Harsoyo, Masjid Agung Baiturrahman menjalani renovasi yang benar-benar besar-besaran. Dananya bersumber dari APBD tahun 2007 dan 2008, dengan nilai total anggaran sebesar Rp 7,5 miliar. Direncanakan bisa rampung pada Desember 2008, proyek renovasi dihentikan pada Desember 2007 karena ada berbagai penyimpangan. Kontraktor pelaksananya, PT Jaya Sentosa Indah, pun diputus kontrak. Untunglah Pemkab Ngawi punya niatan serius untuk menuntaskan renovasi masjid. Proyek renovasi pun ditender ulang pada 2008.

PT Satwiga Mustika Naga, perusahaan asal Ngawi, terpilih menjadi kontraktor renovasi lanjutan. Nilai proyeknya Rp 12,1 miliar: jauh lebih besar dari nilai proyek yang dirancang pada 2007. Dari mana Pemkab Ngawi mendapatkan dana tambahan? Ternyata dari Dana Cadangan Kabupaten Ngawi. Kongkritnya, lewat Perda Kabupaten Ngawi No 01 tahun 2009 tentang Perubahan Keempat Atas Perda Kabupaten Ngawi No 20 tahun 2006 tentang Pembentukan Dana Cadangan, per tanggal 22 Januari 2009. Lewat perda itu bisa dimunculkan anggaran sebesar Rp 12,7 miliar, alias melebihi dana yang akhirnya dibayarkan kepada kontraktor. Dana itu dipetik dari APBD 2007, 2008, dan 2009. Dan akhirnya, pada 26 Oktober 2009, renovasi Masjid Agung Baiturrahman selesai dan bisa diresmikan.