//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Kemping dan Mancing Di Kecopokan

Senin, 4 Oktober 2010 18:13:32
photo: che/indoplaces

Mau mancing, mbakar ikan, sekaligus kemping, Kecopokan adalah pilihan yang pas. Pinggiran sungai Brantas di dusun Kecopokan, desa Senggreng, kecamatan Sumberpucung itu memang sejak dulu kondang sebagai tempat kemping dan mancing.

Tak susah mencari Kecopokan, baik dari arah Sumberpucung maupun Kepanjen, plang Kecopokan ada dikiri dan kanan jalan. Masuk dari desa Ngebruk, lurus ke selatan masuk ke desa Senggreng. Letaknya persis di ujung desa.

Peta & Citra Satelit

Tak Seperti Dulu

Meski masih asyik, Kecopokan tak seperti dulu lagi. Bagi pengunjung yang di masa kecil atau remajanya rajin mengunjungi Kecopokan, pasti lah kaget dengan kondisi sekarang.

Hamparan tanah datar menghijau yang asyik buat kemping, bakar ikan hingga rujakan, menciut. Kaki juga tak lagi bebas berkecipakan di air.

Pasalnya warga setempat telah menyekat-nyekat pinggiran sungai menjadi tambak mereka. Biasanya mereka berkongsi lima hingga sepuluh orang. Maklum untuk membuat petak-petak tersebut dibutuhkan biaya yang besar, kadang hingga Rp40 juta rupiah.

Setelah itu mereka mengisinya dengan beragam jenis ikan, seperti mujair, tombro, tawes, dan gabus. Pengunjung pun tak lagi memancing ikan di pinggiran sungai melainkan di tambak-tambak tersebut.

Bagi pemancing tulen, pilihan memancing langsung di aliran sungai lebih menantang. Sebaliknya bagi keluarga yang yang hanya sekedar jalan-jalan, mereka lebih memilih tambak sekatan itu.


Nyebrang yuk...

Selain untuk mancing dan kemping, Kecopokan merupakan alternatif bagi penduduk yang ingin berkunjung ke desa seberang. Sejumlah perahu sederhana setiap harinya setia menyeberangkan penumpang dengan ongkos yang murah meriah.

Pengguna setia adalah warga desa Senggreng dan sekitarnya yang menjadi pedagang di Tjungkal, desa seberang yang masuk kecamatan Pagak. Berikutnya adalah mereka yang mempunyai kerabat disusul dengan penumpang iseng, yakni pengunjung Kecopokan yang hanya sekedar ingin menikmati angkutan air itu dan balik lagi setelah sampai di seberang.

Menurut pinisepuh desa, dulu pada jaman Belanda, ada jembatan semi permanen yang menghubung kedua tepi sungai. Namun jembatan itu dihancurkan ketika Jepang menggeser kekuasaan Belanda di Malang. Sampai sekarang tak pernah ada usaha membangun kembali jembatan tersebut.


Jembatan Belanda

Menurut pinisepuh desa, dulu pada jaman Belanda, ada jembatan semi permanen yang menghubung kedua tepi sungai. Namun jembatan itu dihancurkan ketika Jepang menggeser kekuasaan Belanda di Malang. Sampai sekarang tak pernah ada usaha membangun kembali jembatan tersebut.