RSKBD Panti Nugroho, Purbalingga

Angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Purbalingga menempati urutan ke lima terbesar di Jawa Tengah. Yang berada di atasnya adalah Brebes, Tegal, Semarang, dan Jepara. Urutan dibawahnya, yang lebih baik, adalah Pati dan Banyumas. Pada Semester I 2013, misalnya, tercatat 15 kasus kematian ibu dan bayi. Di empat kabupaten lain yang berada di urutan ke-1 hingga ke-4, kasus kematiannya lebih dari 21 kasus.

Besok-besok, angka kematian ibu dan bayi di Purbalingga mestinya jadi lebih baik. Soalnya, pada 19 September 2013 lalu, Bupati Drs Heru Sudjatmoko MSi ---sebelum meninggalkan Purbalingga dan menjadi wakil gubernur Jawa Tengah-- sempat meresmikan PONEK: Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif, alias pelayanan komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. Tapi, bukan di Rumah Sakit Khusus Bersalin Daerah (RSKBD) Panti Nugroho. Melainkan di RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata. Intinya toh sama: untuk kesehatan ibu dan bayi.

RSKBD Panti Nugroho sendiri, seminggu sebelumnya, 12 Septermber 2013, sudah mendapat bingkisan istimewa. Apa? Tak lain tak bukan, pergantian namanya dari Rumah Bersalin Daerah (RBD) Panti Nugroho menjadi RSKBD Panti Nugroho. Atau lebih tepatnya lagi, pemberlakuan Perda yang sudah setahun lebih ditunggu: Perda No. 14 tahun 2012. Isi perda itu antara lain perubahaan statusnya dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) RBD Panti Nugroho menjadi RSKBD Panti Nugroho. Pejabat yang memimpinnya, yang semula berstatus Kepala UPT (eselon IV), kini bergelar direktur (eselon III). Adapun yang sekarang menjadi direkturnya masih orang yang sama, yang sebelumnya jadi kepala UPT: dr Jusi Febrianto MPH.

Kalau kebetulan pekan ini Anda kebetulan singgah di Purbalingga, harap maklum kalau sulit menemukan RSKBD Panti Nugroho. Soalnya, meski sudah sekian bulan dilantik, Pak direktur masih belum sempat mengganti papan nama rumah sakit, yang sampai sekarang masih bertuliskan RBD Panti Nugroho.