Gereja Kristen Indonesia Purbalingga

Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee, atau disingkat THKTKH. Itu nama lama Gereja Kristen Indonesia. Artinya, gereja berbahasa Hokian. Nama berbahasa Indonesia, Gereka Kristen Indonesia, baru mulai dipakai pada 1950. Itu pun masih diwarnai nuansa regional: GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Niatan untuk bersatu, menjadi GKI saja, sudah ada sejak 1962, dan niatan itu baru benar-benar terwujud 3 dasawarsa kemudian, pada 26 Agustus 1988. Walhasil, sekarang gereja-gereja berbahasa Hokian di ketiga provinsi itu, juga di provinsi Banten dan DI Yogyakarta, menyatukan diri ke dalam GKI. Kalau pun masih ada nuansa regional, itu tak lain untuk menyebut nama kota lokasi gerajanya, seperti yang satu ini: Gereka Kristen Indonesia (GKI) Purbalingga.

Perjalanan GKI Purbalingga bermula dari pertemuan Kho Tek San, tokoh yang gemar belajar ilmu dan agama, dengan seorang pekabar Injil bernama Gan Kwee yang sedang bertandan ke Purbalingga. Oleh Gan Kwee, karena ia tak lama tingal di Purbalingga, Kho Tek San diminta menemui tokoh gereja yang ada di Banyumas, yang ketika itu menjadi kawedanan induk. Singkat kata, pada 1892, Kho Tek San --dan keluarganya akhirnya dibaptis-- dan namanya diganti menjadi Paulus Kho Tek San. Bersama pendeta yang membaptisnya, Pendeta A Vermeer, ia kemudian membentuk Gereja Kristen Jawa Purbalingga. Dan akhirnya, 1943, sebutan Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) mulai dipergunakan. Di eks-karesidnen Banyumas, di bawah Klasis Purwokerto, sekarang ini sudah terdapat 14 GKI.

Berada di jalan protokol kota Purbalingga, Jl. Sudirman, kompleks GKI Purbalingga juga menjadi lokasi bagi Sekolah Bina Harapan: playgroup, TK, dan SD.