PLTU Tello, Makassar

''Masih segar di ingatan, di awal tahun 2012, bahkan dengan terpaksa, PLTG Tello yang boros itu dioperasikan agar pasokan listrik cukup,'' tulis Vickner Sinaga, Direktur Operasi Indonesia Timur, dalam Board of Director (BOD) Note di website PLN, Juni silam. Saat itu, ia sedang 'sumringah' karena harga BBM sedang 'turun fantastis' sehingga banyak mesin pembangkit listrik yang bisa dioperasionalkan.

Hari ini kesumringahan Vicker Sinaga boleh jadi menghilang. Tadi malam, kebakaran melanda kompleks pembangkit listrik Tello di Makassar, yang berada di bawah kendali PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Kabarnya, trafo di PLTU Tello meledak. Akibatnya, seantero kota Makassar gelap gulita. Begitu pula dengan sejumlah kabupaten tetangganya, yang sama-sama mengkonsumsi listrik dari Tello: Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Takalar.

Kompleks pembangkit listrik di Tello, Makassar, memang tak hanya punya pembangkit yang berupa PLTU saja. Seperti di kompleks pembangkit lain, di sana ada juga PLTD (2x50 MW) dan PLTG. Bersama pembangkit lain di Sulawesi, secara bersama-sama PLTU Tello berusaha mencukupi wilayah Sulselrabar yang saat beban puncak membutuhkan listrik 430MW - 440MW.

Pembangkit yang bertetanggaan dengan Makassar Town Square itu memang pernah dikabarkan tak terlalu bugar. Dari 11 pembangkit yang ada, yang beroperasi hanya 3 mesin. Sisanya, selain dalam perbaikan, juga ada yang rusak. Karena itu, PLTU Tello sempat hanya mampu memasok 70 MW.

Pembangkit di PLTU Tello, menurut laporan 'Studi Implementasi Rencana Tata Ruang Terpadu Wilayah Metropolitan Mamminasata', terdiri dari:

• turbin uap bertenaga batu bara (12,5 MW x 2 unit)
  
• mesin diesel (21,4 MW x 1 unit, 20 MW x 1 unit, 14,5 MW x 1 unit, and 12,5 MW x 4 unit)
  
• turbin gas bertenaga HSD (33,4 MW x 2 unit)