Stasiun Bumi Satelit Mikro Lapan, Rumpin

Januari lalu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memperingati 5 tahun keberadaan satelit pertamanya: Satelit Lapan-Tubsat. Satelit ini diluncurkan pada 10 Januari 2007 dari Sriharikota, India, dengan membonceng roket Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) milik Indian Space Research Organization (ISRO). Sebagai satelit mikro, ukurannya kecil saja. Tak lebih dari ukuran dua kardus Indomie. Tepatnya: 45x45x27 centimeter. Beratnya pun cuma 57 kg.

Direncanakan hanya berumur 3 tahun, satelit itu hingga kini masih mengirimkan citra satelit ke salah satu stasiun pengendalinya di Stasiun Bumi Satelit Mikro Lapan yang berada di samping lapangan terbang Rumpin. Sebagai satelit inderaja (penginderaan jarak jauh) selama ini satelit itu sudah menghasilkan citra satelit untuk memantau gunung meletus, kebakaran hutan, serta citra satelit permukaan bumi yang digunakan berbagai instansi kehutanan dan pertanian.

Selain dikendalikan dari Rumpin, satelit hasil kerjasama Lapan dengan Technische Universität Berlin (TUB) itu juga dikendalikan lewat stasiun bumi serupa di Rancabungur (Ciampea, dekat dramaga IPB). Kedua stasiun bumi ini merupakan stasiun buatan AS. Pada Januari 2010, stasiun bumi pengendali satelit mikro juga dioperasikan di Biak, Papua. Stasiun buatan Lapan sendiri ini bisa mengintip Indonesia timur dan Australia. Rencananya, stasiun bumi buatan sendiri juga akan dibangun di Kototabang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat, di lokasi Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang.

Akhir 2012 ini, rencananya Lapan akan meluncurkan satelit baru penerus Satelit Lapan-Tubsat. Namanya Lapan A2 Orari. Ada embel-embel Orari (Organisasi Radio Amatir Republika Indonesia), karena akan difungsikan juga untuk komunikasi radio dan mitigasi bencana. Fungsi inderaja tetap dipertahankan dengan menyertakan 2 kamera inderaja berjangkauan 12 km. Orbitnya masih sama, orbit ekuatorial, yang berarti dalam sehari bisa melintasi wilayah Indonesia 14 kali dalam sehari.