Satelit Palapa - Master Control Station

Sosoknya mirip gambaran yang jamak tampil kalau menonton intro film bernuansa alien di bioskop: gedung unik yang areal sekitarnya dipadati puluhan piringan parabola yang menatap langit. Begitulah penampakan Satelit Palapa Master Control Station (Palapa MCS), alias Stasiun Pengendali Satelit Palapa, yang berada di Daan Mogot, Jakarta Barat. Dari langit sosoknya bagai stadion olahraga yang beratap tribun melingkar. Hanya saja, tidak beratap bulat penuh. Area yang tak beratap dipenuhi banyak parabola: besar dan kecil. Titik tengahnya yang tak beratap, lantainya dihiasi motif 'bintang delapan'. Motif yang biasa ditemui dalam arsitektur Islam ini juga dipakai Mesjid At-Tien dan komplek perkantoran Pemkab Sumbawa Barat. Dan tentunya beda dengan logo Indosat --sang pemilik stasiun bumi-- yang bermotif 'bintang enam'.

PT Indosat Tbk jadi pemilik Palapa MCS ini --dan juga stasiun pengendali yang satu lagi di kawasan dekat Bendungan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta-- karena sejak deregulasi telekomunikasi pada tahun 2000 dan karena mesti berbagi lahan bisnis dengan PT Telkom-- dia jadi pemilik PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), perusahaan pengelola Satelit Palapa yang tadinya merupakan anak perusahaan PT Telkom. Satelindo sendiri, bersama PT Bimagraha Telekomindo dan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), secara resmi sudah dibubarkan dan dileburkan ke dalam PT Indosat Tbk sejak 2003. Pasca peleburan, yang tersisa dari Satelindo tentulah stasiun pengendali Satelit Palapa tersebut dan segala bisnis satelit-nya. Tapi, tidak berikut tanah tempat stasiun bumi itu berdiri. Satelindo menyewa lahan seluas 134.925 meter persegi itu pada 1994 dari PT Telkom untuk jangka waktu 30 tahun (simak laporan kuartalan PT Indosat Tbk, Maret 2012, halaman 136). Dan tampaknya, kawasan itu memang kawasannya Telkom dan karenanya disana --di jalan masuk dari arah Daan Mogot-- terdapat gedung SMK Telkom Sandhy Putra, milik Yayasan Pendidikan Telkom. Dan yang pasti, sosok stasiun bumi Daan Mogot ini lebih megah dari sosok stasiun bumi Indosat yang di Jatiluhur, maupun Satellite Master Control Station PT Telkom di Kelapa Nunggal, Kabupaten Bogor.

Indonesia dulu pernah 'amat' bangga punya Satelit Palapa. Alvin Toffler pun, dalam buku Third Wave, pernah memuji Soeharto sebagai orang visioner dan berpandangan futuristik karena nekat menempatkan Satelit Palapa di orbit untuk membangun SKSD Palapa (sistem komunikasi satelit domestik Palapa). Sekarang kebanggaan itu tentunya sudah berkurang, karena satelit Palapa sudah milik perusahaan asing: Qatar Telecom (Ooredoo Group). Tapi tentu itu tak jadi masalah karena sesuai ketentuan berbagi lahan bisnis, Indonesia kini punya Satelit Telkom, milik PT Telkom yang masih tergolong perusahaan milik Indonesia. Dan Telkom pun masih mau menggunakan label Palapa untuk menyebut proyek Palapa Ring: proyek jaringan serat optik bawah laut yang dicita-citakan mengkoneksikan seluruh wilayah Indonesia. Akhir Mei lalu pun, Palapa Ring MCS, yang bukan bermakna 'master control station' melainkan 'Maluku Cable System' baru saja diresmikan penggelarannya. Palapa Ring MCS ini merupakan bagian dari SKKL SMPCS (sistem kabel bawah laut Sulawesi Maluku Papua Cabale System).

Saat ini, terdapat dua Satelit Palapa yang masih mengorbit di antariksa: Satelit Palapa C2, yang diluncurkan 16 Mei 1996, dan Satelit Palapa D, yang mengorbit pada 31 Agustus 2009. Mei 2013 lalu, Indosat sudah meneken kontrak dengan Orbital Sciences Corporation untuk membuat dan meluncurkan satelit Palapa E pada 2016. Satelit Palapa E ini akan menempati slot orbit 150.5° Bujur Timur (BT), alias menggantikan Palapa C2. Adapun Satelit Palapa D berada di slot 113° BT. Kedua slot satelit itu merupakan milik pemerintah Indonesia.