PT Holcim Indonesia Tbk

Terlahir sebagai 'Semen Cibinong' pada 1971, pabrik semen ini merupakan pabrik semen swasta pertama di Indonesia. Saat itu kapasitasnya baru 600 ribu ton semen per tahun. Pada 1977 Semen Cibinong go public dengan mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta.

Grup Tirtamas, lewat PT Tirtamas Majutama, mengakuisi seratus persen saham perusahaan ini pada 1998. Pada 1993, usai meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1,5 juta ton, grup yang dipimpin Hasjim Joyohadikusumo itu mengakuisi PT Semen Nusantara, Cilacap. Aksi akuisisi berlanjut dua tahun kemudian dengan mengambil alih PT Semen Dwima Agung, perusahaan semen yang belum beroperasi tapi punya 800 hektar lahan quarry di Tuban, Jawa Timur.

Krismon pun kemudian datang. Pada tahun 2000 PT Semen Cibinong Tbk masuk 'ruang perawatan'. Dan akhirnya pada Desember 2001, mayoritas saham (77,33 persen) PT semen Cibinong Tbk berpindahtangan ke Holcim Ltd, raksasa semen berdarah Swiss. Sementara sisanya: 12,25% berada di tangan publik lewat bursa efek, dan yang 10,41% lagi dipunyai perusahaan asing lain.

Perlahan nama 'Semen Cibinong' pun diganti menjadi Holchim. Gambar pedang pusaka sunda 'Kujang' berganti lingkaran dan hurup H. Nama perusahaan pun akhirnya resmi berganti menjadi PT Holcim Indonesia Tbk pada 2006. Kapasitas produksi semua pabrik sekarang ini mencapai 8,3 juta ton semen dan clinker per tahun.