Wajik Week, Salaman, Kabupaten Magelang
Di jalan lintas Yogya-Magelang, menjelang pertigaan menuju Candi Borobudur, toko Wajik Week tampil mencolok berkat papan namanya yang berukuran besar. Juga menggoda penglihatan karena menuliskan 'Sejak 1939' pada facade depan tokonya. Bisa ditafsirkan, seperti halnya Nyonya Meneer yang 'capek berdiri' sejak 1919, ini adalah makanan klasik ala Magelang. Wajik tak lain makanan rasa manis yang terbuat dari ketan dan gula merah. Dan Wajik Week adalah wajik buatan keluarga Ong Gweek Nio, pengusaha aneka jajanan yang dari dulu memang tinggal di toko itu.
Nama Wajik Week dipetik dari kata 'Gweek' yang ada di nama Ong Gweek Nio. Agar lebih catchy sebagai merek, huruf G dihilangkan dari nama tengah itu. Yang melakukannya pada 1986 adalah Untung Subagjo, keponakan Ong Gweek Nio. Untung mengambil alih bisnis wajik dan jananan tradisional itu ketika ia masih menjadi mahasiswa FISIP Universitas Diponegoro dan juga bekerja sebagai wartawan di koran Suara Merdeka (Semarang).
Ong Gweek Nio sendiri sebenarnya bukan perintis bisnis wajik ini. Yang memulai usaha wajik atau wajit pada 1939 adalah neneknya, Ong King Liem. Dan yang dibuat bukan hanya wajik saja, melainkan segala macam jajanan tradisional Jawa, semisal onde-onde, juadah, kriptik tempe, dan juga peyek udang dan ikan. Namun, dari banyak jajanan yang dibuatnya, wajik menjadi jajanan paling laris. Ketika Ong King Liem meninggal, barulah Ong Gweek Nio --anak ke-4-- meneruskan usaha makanan ini, dan memperluas penjualan ke kecamatan dan kabupaten lain. Ong Gweek Nio menjalani bisnis ini hingga akhirnya meninggal dunia pada 1972.
Sepeninggal Ong Gweek Nio, usaha diambil alih adik perempuannya, Ong Hwa Nio. Sang adik berhasil memoderkan cara produksi, menghentikan produksi onde-onde, tapi tak sukses memasarkan. Ketika akhirnya meninggal dunia pada 1979, bisnis diteruskan abangnya, Ong Joe Tjoan. Sayangnya, pria ini lebih tak lihai lagi dalam berbisnis dan 10 bulan kemudian meninggal dunia. Sepeninggal Ong Joe Tjoan, usaha makanan ini jadi tak ada yang mengurus, hingga akhirnya Untung Sugianto merasa 'terpanggil' dan memutuskan meninggalkan pekerjaannya untuk mengurusi bisnis wajik.
Di tangan Sugianto bisnis ini berkibar hingga sekarang. Ia mempermodern cara produksi, meski tetap menggunakan wajan tembaga sebagai syarat utama dalam memproduksi wajik. Ia juga membangun armada distribusi sendiri, karena wajik tergolong makanan yang tak terlalu tahan lama. Pada 1986, Sugianto pun mendaftarkan 'Week' sebagai merek dagang. Meski begitu, sebutan Week saja, seperti terlihat di papan nama toko, baru dikenal di tahun-tahun belakangan. Di era 80-an dan 90-an orang masih ingat kalau wajik buatan Sugianto dipasarkan dengan nama wajik Nyonya Week. Yang tetap sama adalah gambar kepala burung garuda yang jadi latar belakang merek Week.
Peta & Citra Satelit
Hotel Terdekat | Km |
Omah Eling, Borobudur, Magelang | 6,825 |
Gedung UC 2 | 26,096 |
University Club UGM | 26,118 |
Kintamani Hotel, Kabupaten Temanggung | 26,435 |
Nirwana Hotel, Kabupaten Temanggung | 27,080 |
Istana Batik Ratna | 27,145 |
Abadi Hotel Yogya | 27,182 |
Inna Garuda | 27,298 |
Hotel Sala 4 | 27,499 |
Ameera Boutique Hotel | 27,552 |
Berita Magelang
- Siswa SMA Taruna Nusantara Ditemukan Meninggal di Barak
- Jokowi Gelar Rapat Terbatas di Kawasan Candi Borobudur
- Presiden Minta Perbaikan Pengelolaan Candi Borobudur
- Pemkab Magelang Urung Bayar Sewa Tanah Terminal Muntilan
- Delegasi 11 Negara Kunjungi SMP Negeri 1 Tempuran
- Batu Candi Borobudur Sudah Lapuk
- Ratusan Kios di kawasan Wisata Candi Borobudur Terbakar
- Eks Komisaris Utama Candi Borobudur Ditangkap Kejaksaan
- Dahlan Kaget Ada Bocah 5 Tahun di Borobudur Cas Cis Cus Bahasa Inggris
- Curi Kotak Amal Masjid Borobudur untuk Makan
Sewu Kuto Logistik
Mengirim kargo ke ribuan kota di Indonesia. Cepat, aman, dan terjangkau.
Jadwal dan Tiket Kapal Pelni
Jadwal komplit seluruh kapal Pelni, plus info harganya
Upaboga
Makan itu enak. Bisnis makanan pasti lebih maknyus.