Balai Nikah, KUA Kecamatan Conggeang, Sumedang

Sudah 4 tahun Rohendi Mukhtar, S.Pd.I, bekerja di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Conggeang. Apa pendapat staf KUA ini tentang kantornya? Kantor itu 'bermasalah', katanya. Apa masalahnya? Para pegawainya gaptek. Yang bisa mengoperasikan komputer hanya 2 staf yang sarjana, dan itu pun masih 'entry level'. Itu sih biasa. Masalah lain? Terjadi 'urbanisasi' SK Kepegawaian ke Bank Rakyat Indonesia. Ini ya masalah rutin juga. Dimana-mana SK Kepegawaian memang ampuh untuk modal utang ke bank.

Kisah di atas bukan keluhan biasa Rohendi Mukhtar. Itu adalah isi dari makalah yang dibuatnya untuk kenaikan pangkat pada 2011 lalu. Entah akhirnya naik pangkat atau tidak, yang jelas Rohendi Mukhtar kelihatannya masuk dalam kelompok sarjana gaptek yang sudah bisa mengoperasikan komputer tadi. Buktinya, ia bisa mempostingkan makalahnya itu di-blog-pribadi-nya pada Januari 2011, dan akhirnya istirahat nge-blog sejak Okotber 2012.

Siapa lagi sarjana yang juga bisa pakai komputer? Mungkin KH Drs Dadang Nurcholis, penyuluh Penamas di KUA Kecamatan Conggeah. Apa itu Penamas? Dia singkatan dari 'Bidang Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat Dan Pemberdayaan Masjid'. Singkatan yang luar biasa. Kehadiran penyuluh Penamas ini satu paket dengan kehadiran LP2A (Lembaga Pendidikan dan Pengamalan Agama Islam), yang merupakan buah dari SK Menteri Agama No. 153 tahun 2003. Lewat SK itu, KUA jadi tak melulu mengurusi orang nikah, melainkan ikut juga bertanggungjawab atas urusan pendidkan agama Islam dan permberdayaan masjid.

Di KUA Kecamatan Conggeang, yang bersebelah dengan Masjid Besar Conggeang, papan nama LP2A juga ikut menghiasi halaman depan kantor. Dan Dadang Nurcholis, sang penyuluh, dulu juga sempat nge-blog. Tapi ia akhirnya berhenti nge-blog juga sejak Juli 2011.

Lalu, bagaiamana dengan soal 'urbanisasi' SK Kepegawaian ke BRI? Rohendi Muhtar menyarankan agar dilakukan 'audit intern' serta peningkatan kemampuan manajerial ekonomi keluarga.