RSUD Massenrempulu, Kabupaten Enrekang

Dokter bukan tuhan! Stop kriminalisasi Dokter!. Aneka poster bernada protes seperti itu diarak para dokter di halaman depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Massenrempulu, November tahun silam. Tapi, mereka bukan memprotes rumah sakit tempatnya bekerja. Aksi itu merupakan aksi solidaritas bagi dr Dewa Ayu Sasiary Prawan, 38 tahun, yang bersama dua koleganya di Manado, Sulawesi Utara, dikukuhkan vonis penjara 10 bulannya oleh Mahkamah Agung. Aksi solidaritas serupa juga digelar di berbagai rumah sakit seantero Indonesia.

Meski para dokternya berunjuk rasa, pelayanan RSUD Massenrempulua dikabarkan berlangsung normal. Lagipula, dokter-dokter yang beraksi hari itu bukan cuma dokter RSUD saja. Dokter dari tempat lain pun ikut. Kebetulan saja RSUD Massenrempulu disepakati jadi 'tuan rumah' aksi unjuk rasa. Adapun yang 'mengerahkan' para dokter tak lain organisasi penaungnya. IDI mengerahkan 24 dokter. PDGI mengutus 9 dokter. Ternyata, banyak juga dokter di Enrekang. Adapun di RSUD Massenrempulu sendiri, menurut catatan Pemkab Enrekang, jumlah dokter dan dokter gigi hanya ada sebanyak 13 orang.

RSUD Massenrempulu tergolong RS kelas C. Rumah sakit ini punya 152 kamar rawat inap, mulai dari kelas III sampai kelas VIP. Dia juga sudah punya Instalasi Gawat Darurat yang buka 24 jam, baik gawat darurat bedah maupun non-bedah. Yang juga buka 24 jam adalah Unit Transfusi Darah-nya. Adapun polikliniknya antara lain poliklinik penyakit dalam, obstetri dan ginekologi, penyakit bedah, penyakit kulit dan kelamin, penyakit mata, dan THT.