Pemerintah Kabupaten Kerinci

Sejak zaman dahulu kala, Kerinci sudah masuk peta percaturan politik Indonesia. Terlebih karena sejarah mencatat adanya Perang Kerinci pada 1901-1903, ketika rakyat Kerindi melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang berusaha masuk kawasan Kerinci. Juga, Muhammadiyah dan Aisiyah pun tercatat sudah berdiri di Kerinci pada 1939. Ketika masuk ke Indonesia pada 1942 pun, Jepang sempat menduduki kerinci dan mendirikan Busutzo atau kepala pemerintahan. Dan pada 1946 sudah ada Kepolisian Kerinci-Paniai.

Pusat pemerintahan Kabupaten Kerinci saat ini masih berada di kota Sungai Penuh. Namun karena kini Sungai Penuh sudah dimekarkan menjadi kota berpemerintahan sendiri, ibu kota Kabupaten Kerinci pun akan dipindahkan ke Bukit Tengah di Kecamatan Siulak. Pemindahan ibu kota ini sudah disetujui presiden dan tinggal melaksanakan pembangunannya saja.

Kabupaten Kerinci tergolong kabupaten berwilayah sempit di Provinsi Jambi. Luasnya hanya 380.850 hektar, yang 50,37 persen di antaranya sudah diklaim pemerintah masuk Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Sesuai namanya, yang salah satu yang khas dari kabupaten ini adalah keberadaan Gunung Kerinci, gunung berapi tertinggi di Indonesia (3.805 m). Gunung ini masuk wilayah Kecamatan Gunung Kerinci dan Kecamatan Kayu Aro.

Selain Gunung Kerinci, ada pulau Danau Kerinci. Danau Kerinci luasnya mencapai 4.200 hektar, dengan kedalaman 110 m, dan terletak pada ketinggian 783 meter dpl. Danau ini masuk dalam wilayah Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau.

Kerinci juga terkenal karena Perkebunan Teh Kayu Aro, yang luasnya mencapai 3.020 hektar. Perkebunan teh warisan Belanda ini merupakan perkebunan teh tertua di Indonesia, dan perkebunan teh tertinggi nomor dua di dunia (1.400-1.600 meter dpl), setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl).