Pemerintah Kabupaten Tanggamus

Suka film 'Flipper'? Suka lumba-lumba atau dolphin? Silakan bertandang ke Kabupaten Tanggamus, kabupaten penghasil emas di Provinsi Lampung. Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Lampung Selatan ini menjadikan ikan cantik dan bermoncong panjang itu sebagai salah satu ikon pariwisatanya. Ikan-ikan itu biasa dijumpai wisatawan di Teluk Kiluan, yang berada di Kecamatan Kelumbayan, salah satu kecamatan yang berada di ujung timur Tanggamus, yang menjadi salah satu 'pucuk' pulau Sumatera, dekat ke pulau Jawa. Jaraknya pun lebih dekat ke Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung, ketimbang ke Kota Agung, ibukota Kabupaten yang berada jauh di sebelah barat lautnya.

Wilayah Kabupaten Tanggamus memang terbilang unik. Wilayah daratannya terbentang mengelilingi sebuah teluk besar, Teluk Semangka, yang membuka selebar 50 kilomter ke arah Selat Sunda dan Samudera Indonesia. Teluk Kiluan dan lumba-lumbanya, dan juga wilayah kecamatan Kelumbayan, menjadi titik gerbang di sebelah utara (atas, kalau di peta). Sedang jauh di seberangnya terdapat wilayah kecamatan Pematang Sawa.

Meski baru menjadi kabupaten independen pada 1997, Tanggamus menjadikan tahun 1889 sebagai tahun kelahirannya. Tahun itu dipetik dari saat masuknya Belanda ke Kota Agung, kota yang sekarang jadi ibu kota. Dalam perjalannya menjadi kabupaten, pada 1979 wilayah Kota Agung sudah sempat dipimpin oleh pembantu Bupati Lampung Selatan untuk Wilayah Kota Agung, yang membawahi 10 kecamatan. Saat resmi menjadi kabupaten lewat Undang-undang Nomor 2 tahun 1997, ia terbentuk dari 11 kecamatan. Sekarang, jumlah kecamatannya ada 19 kecamatan. Mestinya jumlah kecamatannya bisa lebih banyak lagi, karena pada 2008 sudah sempat menjadi 28 kecamatan. Jumlahnya berkurang karena pada 2008 itu Kabupaten Tanggamus dimekarkan dan melahirkan Kabupaten Pringsewu.

Pringsewu? Kalau nama ini terkesan ke-jawa-jawa-an, ya dimaklumi saja. Sebagaimana wilayah lain di Lampung, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pringsewu memang banyak dihuni orang asal Pulau Jawa, termasuk transmigran asal Pulau Jawa. Museum Transmigrasi Lampung pun mencatat, orang Jawa sudah datang ke Lampung jauh sebelum Kompeni Belanda mendatangkannya 'transmigran' asal Kedu secara resmi pada 1905. Program transmigrasi Belanda ini masih berlangsung hingga 1942 dengan mengirimkan orang Jawa ke, antara lain, wilayah Kecamatan Wonosobo, yang sekarang masih masuk wilayah Kabupaten Tanggamus. Program transmigrasi Belanda ini konon meniru sukses program serupa yang digelar pada periode yang kurang lebih sama, di Deli dan Medan, Sumatera Utara.

Kota Agung sendiri di bagian tengah wilayah kabupaten Tanggamus, di kaki Gunung Tanggamus (2.100 meter). Gunung Tanggamus merupakan bagian dari rentetan gunung berapi Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang sepanjang Pulau Sumatera. Hingga kini, Pemkab Tanggamus masih mengandal dana dari pemerintah pusat, karena pendapatan asli daerah yang masih kecil. Tahun 2011 lalu, PAD-nya hanya sebesar Rp 13 miliar. Adapun APBD-nya amat jauh lebih besar. Untuk 2012 ini, Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan merancang anggaran pendapatan sebesar Rp 918 miliar dan belanja senilai Rp 904 miliar.

Di masa datang, boleh jadi PAD Kabupaten Tanggamus bakal menggelembung, bila tambang emas di Way Lingo, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, makin banyak berproduksi. Tambang yang dikelola PT Natarang Mining, anak perusahaan Natarang Offshore Pty Ltd (Australia), saat ini menyumbang PAD senilai Rp 3,2 miliar per tahunnya. Lokasi tambang di eks-kawasan hutan lindung itu konon menyimpan potensi emas sebanyak 669 ribu ton.

Selain di Way Lingo, juga terdapat tambang emas di Pekon Sodoharjo, Kecamatan Kelumbayan Barat, yang dikelola PT Nabal Umbar Picung, anak perusahaan Apolo Gold Incorporated (Kanada).

1. Wonosobo
   
2. Semaka
   
3. Bandar Negeri Semuong
   
4. Kota Agung
   
5. Kota Agung Barat
   
6. Kota Agung Timur
   
7. Pematang Sawa
   
8. Pulau Panggung
   
9. Ulu Belu
   
10. Air Naningan
    
11. Talang Padang
    
12. Sumberejo
    
13. Gisting
    
14. Gunung Alip
    
15. Pugung
    
16. Bulok
    
17. Kelumbayan
    
18. Kelumbayan Barat
    
19. Limau