Ruby Hotel Syariah, Kota Bandung

Tak ada pilar. Tak ada kubah. Tak ada lengkungan. Tak ada kaligrafi. Semua itu tak ada di Ruby Hotel Syariah, hotel berbasis syariah di Kota Bandung. ''Label Islami tidak perlu identik dengan pernak-pernik Arab,'' bilang Chaerul Hanie, sang pemilik hotel. Walhasil, untuk hotelnya ia cenderung memilih tampilan bergaya modern minimalis. Dan ketimbang pernak-pernik Arab, Ruby Hotel Syariah lebih cenderung menerapkan syariah yang sesungguhnya: tak boleh berzina di hotel, tamu berpasangan harus dengan muhrimnya, serta tak tersedia makan dan minuman beralkohol.

Ruby Hotel Syariah merupakan nama yang banyak dipakai berbagai website reservasi hotel. Juga jadi nama yang tertera di websit resmi sang hotel. Nama hotel yang berada di Jalan dr Rubini ini sebenarnya cukup ''Ruby Hotel'' saja. Nama itu dipetik dari nama jalan tempatnya berada? Tak ada cerita tentang itu. Yang pasti, hotel ini memang berada di kawasan kota Bandung --tak jauh dari sentra jeans Cihampelas-- yang jalan-jalannya serba menggunakan nama dokter. Adapun dr Rubini atau dr Roebini adalah dokter yang jadi korban pembunuhan massal tentara Jepang di Pontianak pada 1944. Nama sang dokter sudah diabadikan sebagai RSUD dr Rubini di Kabupaten Mempawah, Kalimatan Barat.

Punya gedung 5 lantai, yang seratus persen baru, plus 1 basement, Ruby Hotel Syariah hadir dengan 47 kamar. Melihat ragam kamarnya, sepertinya hotel yang resmi beroperasi mulai 11 Desember 2015 ini diniatkan sebagai hotel berbintang. Kelas kamarnya: Standard (11 kamar), Deluxe (28), Royal (4), dan Suite (4). Untuk keperluan konvensi, hotel ini hanya punya ruang rapat berkapasitas 50 orang. Kalau perlu ruang pertemuan yang lebih luas, bisa memanfatkan restoran hotel yang mampu mengakomodasi hingga 300 orang. Untuk bersantap, selain restoran, ada juga 'Roof Cafe' yang berada di lantai 3 atau atap sisi samping hotel yang berlantai 2.