Sulitnya Hidup di Lahan Transmigrasi Morotai

Kompas -- Hangatnya mentari siang di Daruba, Ibukota Kabupaten Pulau Morotai pada Selasa (14/3/2012) siang, nyaris membakar kulit telanjang. Sosok pria paruh bayah tengah menapaki jalanan berdebu. Tanpa ragu, Ujang Yahya (60) warga transmigrasi asal Jawa Barat yang menempati lokasi trans SP3 Morotai ini, ikhlas meneteskan keringatnya saat memasuki pemukiman perkotaan, Daruba.

Dengan wajah pucat lelah, Ujang mengaku baru saja berjalan kaki dari lokasi SP3 menuju Daruba. Hal yang unik bagi kehidupan modern seperti ini, di mana SP3-Daruba dengan jarak kurang lebih 15 kilometer, ditempuh Ujang dengan berjalan kaki. Padahal, meski pun lokasi SP3 sedikit tergolong daerah pelosok, namun transportasi umum seperti ojeg justru melayani warga di sana setiap saat.

Semenjak menempati lokasi trans SP3 bersama 49 KK lainnya pada Februari 2012 lalu, Ujang mengaku banyak mendapat masalah. Yang paling mendasar adalah masalah lahan usaha (LU)-1. Sampai sekarang, belum dibagi. Akibatnya, warga tidak bisa menanam. Warga transmigrasi itu hanya bisa memanfaatkan lahan pekarangan 20x25 meter persegi, termasuk di dalamnya bangunan rumah seluas 6x6 meter persegi.