//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Pemerintah Kabupaten Enrekang

Selasa, 25 Maret 2014 11:59:25
photo: aba d/foursquare

Baru pertama kali ini Presiden Indonesia datang ke Kabupaten Enrekang. Kalimat semacam ini terasa klasik. Sudah sering terdengar. Tapi, kok ya miris juga. Memangnya perlu berapa abad bagi seorang presiden republik ini untuk datang ke kabupaten yang ia sendiri teken pembentukannya? Begitu super sibuk kah presiden Indonesia? Dalam kasus Enrekang, presiden bertandang ke sana bulan Februari lalu. SBY datang sehari setelah hari jadi Enrekang yang ke-54. Sekaligus memperingati hari ulang tahun yang jatuh pada 19 Februari 2014? Tidak juga. Pemkab Enrekang sebelumnya sudah memutuskan untuk menunda perayaan HUT karena ingin fokus pada kesibukan menyambut kedatangan SBY. ''HUT bisa dilaksanakan setiap tahunnya. Namun kunjungan seorang kepala negara di daerah penghasil salak ini, mungkin yang pertama dan terakhir kalinya,'' bilang Sekda Chairul Latanro.

Presiden SBY tak lama di Enrekang. Tak menginap. SBY dan rombongan datang untuk meresmikan 'Baruga Pak Letnan'. Baruga atau pendopo ini adalah bekas markas pasukan TNI yang dipimpin Letnan TB Silalahi ketika menumpas gerakan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar (1962-1965). Pendopo itu dibangun untuk mengenang kiprah tokoh yang sekarang kerap disebut sebagai 'king maker' Partai Demokrat. Di era Soeharto, TB Silalahi pernah menjabat sebagai Menpan dan pangkatnya dinaikkan menjadi jenderal bintang tiga. Selain meresmikan Baruga Pak Letnan, SBY juga meresmikan Masjid Darussalam dan SDN 140, yang dibangun TNI lewat program AMD tahun 2013. Selepas peresmian, SBY langsung melanjutkan 'tour Sulawesi Selatan' ke Kabupaten Tana Toraja. Selama kunjungan beberapa jam itu, SBY didampingi Bupati Muslimin Bando, yang merupakan tokoh Muhammadiyah dan kader Partai Amanat Nasional. Muslimin Bando baru dilantik Oktober 2013 dan akan menjabat sampai 2018.

Enrekang bukan sosok baru di jagad tata pemerintahan di nusantara. Penjajah Belanda sudah menatanya sejak abad ke-17. Dulu bernama Malepong Bulan, lalu berubah jadi Lima Massenrempulu, lalu menjadi Landschap Enrekang, jadi Onder Afdeling Enrekang, lalu dizaman Jepang jadi Bunkem Kanrikan. Setelah Indonesia merdeka, Enrekang tak langsung menjadi kabupaten. Dia masih termasuk wilayah yang dikuasi NICA hingga Desember 1949 dengan nama seperti sebelumnya, Onder Afdeling Enrekang. Pasca-NICA, Enrekang jadi kawedanan di lingkungan Kabupaten Parepare. Sejak itu, perjuangan pembentukan Kabupaten Enrekang atau Kaubpaten Massenrempulu pun bergulir. Akhirnya, pada 1959, Enrekang benar-benar mandiri. Nama Massenrempulu, yang bermakna 'daerah pingiran pegunungan', ditinggalkan. Namun nama itu terus dipakai untuk menyebut diri sebagai 'Bumi Massenrempulu'. Nama itu sekarang juga disandang fasilitas kesehatan utama Enrekang: RSUD Massenrempulu.

Enrekang, seperti dibilang Pak Sekda diawal tadi, merupakan kabupaten agropolitan. Salak menjadi komoditas utamanya. Produk pertanian top lainnya adalah kopi kalosi (kopi arabika) dan bawang merah. Dan tahun lalu, Enrekang baru saja memulai program pengembangan lahan bawang merah seluas 1.000 hektar.

Peta & Citra Satelit

Kantor Bupati Enrekang

Pemerintah Kabupaten Enrekang
Jl. Jenderal Sudirman No. 1
Enrekang - 91711
Kabupaten Enrekang
Sulawesi Selatan

Tel: 0420-21384
Fax: 0420-21551

Website: www.enrekangkab.go.id

Kecamatan di Enrekang

Kecamatan di kabupaten Enrekang:
1. Enrekang
2. Maiwa
3. Anggeraja
4. Baraka
5. Alla
6. Curio
7. Bungin
8. Malua
9. Cendana
10. Buntu Batu
11. Masalle
12. Baroko