//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Bandara Bersujud, Batulicin

Kamis, 02 Februari 2012 16:55:48
photo: jobojero/inidoplaces

Ingin lari pagi di hari Minggu dengan nyaman di tempat yang luas? Sambil mengelus-elus pesawat? Datang saja ke Bandara Bersujud, di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Itu setidaknya berlaku pada April tahun silam, ketika Bandara Bersujud dengan sengaja membuka pintu lebar-lebar bagi warga sekitar yang ingin berolahraga di Minggu pagi. Mereka juga yang mengatur urusan parkir.

Sekarang masih dipakai olahraga juga? Mungkin saja masih, karena trafik bandara berpanjang 1.800 meter itu memang masih rendah. Dan mungkin karena panjangnya landasan itu pula maka, seperti dilansir Antara pada September 2011, Bandara Bersujud kerap dipakai sebagai ajang balapan liar.

Kalau mampir ke website Ditjen Perhubungan Udara, bandara yang berada di Desa Bersujud, Kecamatan Simpang Empat, ini masih belum terdata. Padahal secara resmi, bandara itu sudah diserahterimakan pengelolaannya ke Dephub pada 2009.

Bandara Bersujud memang bukan dibangun Departemen Perhubungan. Yang membangun bandara itu adalah Departemen Transmigrasi, pada periode 1980-1983. Tujuannya tak lain untuk membantu kelancaran arus transmigrasi ke sana, yang dulu berdatangan dari Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Dulu itu memang belum ada jalan yang menghubungkan Batulicin dengan Banjarmasin, ibukota Kalsel. Tanah Bumbu pun belum jadi kabupaten. Ia masih berstatus kecamatan di Kabupaten Kotabaru. Transmigran pun dulu mendarat dengan Hercules di Kotabaru dan baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan pesawat kecil ke Batulicin.

Usai proyek transmigrasi, mulai 1985, Bandara Bersujud dimanfaatkan oleh PT Kodeco Timber untuk operasional perusahaan. Perusahaan ini mendayagunakan pesawat Cesna 8 kursi dan Cassa 21 kursi.

Peta & Citra Satelit

Bandara Kodeco

Ketika Tanah Bumbu menjadi kabupaten pada 2003, pengelolaan Bandara Bersujud menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. Dan pada 2005 bandara ini dipakai untuk layanan penerbangan charter: PT DAS dengan pesawat Cassa dan PT Premi Air dengan pesawat Cesna. Baru pada 2007 mulai ada penerbangan reguler yang dilayani PT Karindangan Air dengan pesawat Deraya (30 kursi). Saat ini penerbangan charter lain juga sudah ikut bermain: Transwisata, Aviastar, Pelita Air, dan Purawisata.

PT Jhonlin Air Transport

Belakangan, aktivitas Bandara kembali sepi. Dan baru pada 4 November 2011 lalu, PT Jhonlin Air Transport (JAT) mulai membuka kembali penerbangan reguler dari Batulicin ke Banjarmasin dengan pesawat Cessna (12 kursi). Tidak kepalang tanggung, penerbanganya dilakukan 4 kali sehari, pada hari Senin hingga Sabtu. Penerbangan Batulicin-Banjarmasin hanya perlu waktu 30 menit. Tarifnya Rp 250.000 per orang, kalau pakai KTP Tanah Bumbu. Penumpang dari luar daerah dikenakan harga tiket Rp 450.000 per orang.

PT Jhonlin Air Transport merupakan salah satu usaha milik Haji Andi Syamsudin Arsyad (Haji Isam), pengusaha batubara yang disegani di Batulicin, Tanah Bumbu, dan Kalsel. Majalah Tempo penah mewawancarainya dan menuliskan profil pemilik dan komisaris utama PT Jhonlin Baratama ini pada 2010, tak lama setelah namanya mencuat karena dilaporkan ke Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, dengan tuduhan bersekongkol dengan polisi menghancurkan lawan-lawan bisnisnya.

Laporannya disajikan lewat beberapa tulisan, baik tentang Haji Isam sepenuhnya, maupun dalam konteks usaha batubara di Tanah Bumbu dan Kalsel: