Jokowi Gelisah Lihat PLTU Mangkrak di Maluku, Ini Penjelasan PLN

Jokowi Gelisah Lihat PLTU Mangkrak di Maluku, Ini Penjelasan PLN

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 09 Feb 2017 17:23 WIB
Foto: Ray Jordan
Jakarta - Dalam kunjungannya ke Maluku, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyempatkan diri meninjau proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang mangkrak di Desa Tolehu, Maluku Tengah. Jokowi gelisah melihat proyek yang sudah dimulai sejak 6 tahun lalu itu.

Terkait hal ini, PT PLN (Persero) menjelaskan bahwa proyek yang dilihat Jokowi itu ialah PLTU Waai berkapasitas 30 MW, salah satu dari 34 proyek pembangkit mangkrak yang dibahas sejak tahun lalu.

PLTU Waai 2 x 15 MW termasuk dalam Fast Tracking Project (FTP) II, kontrak pembangunannya ditandatangani 2010. Pengerjaannya mulai mandek pada Februari 2014. Kontraktor yang ditunjuk PLN mengalami masalah keuangan, kehabisan uang di tengah jalan akibat mismanajemen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"PLTU Waai itu kontrak tahun 2010, mulai tersendat Februari 2014. Kontraktornya kesulitan finansial, salah manajemennya," kata Direktur Bisnis Regional Maluku-Papua PLN, Haryanto WS, saat dihubungi detikFinance, Kamis (9/2/2017).



Baca juga: Gelisahnya Jokowi Melihat Proyek PLTU yang Mangkrak 6 Tahun.

Proyek ini akan diambil alih dan diselesaikan oleh PLN. Saat ini PLN telah meminta pendapat hukum agar proyek bisa dilanjutkan secara legal. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sedang memverifikasi untuk menghitung biaya yang dibutuhkan PLN apabila proyek diteruskan.

"Kita sudah minta pendapat hukum agar proyek bisa dilanjutkan secara legal. Biayanya kita sedang minta verifikasi ke BPKP," ucapnya.

Nantinya, seluruh biaya yang dikeluarkan PLN untuk merampungkan PLTU Waai akan dibebankan kepada pihak kontraktor. "Ini kan masih tanggung jawab kontraktor, kalau sudah selesai nanti kita tagih ke kontraktor biayanya," ujar Haryanto.

Bagaimana jika kontraktor yang menelantarkan proyek tak bisa memberi ganti rugi ke PLN? "Dipailitkan saja kalau enggak mau bayar," tegas Haryanto.

Untuk menutup defisit listrik yang timbul akibat PLTU Waai mangkrak, PLN telah menyiapkan beberapa pembangkit pengganti. Yang pertama adalah kapal pembangkit listrik dari Turki yang akan tiba di Maluku pada Maret 2017.

"Penggantinya (PLTU Waai), kita mau pasang kapal pembangkit berkapasitas 60-100 MW asal Turki. Kapalnya sampai di Maluku 1 bulan lagi, April sudah terpasang," paparnya.

Kedua, akan dibangun pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) Ambon Peaker 30 MW. "Kontrak PLTMG Ambon Peaker 30 MW kita tanda tangan bulan Maret-April ini," katanya.

Haryanto menerangkan, saat ini beban puncak di Kota Ambon sekitar 58 MW, sedangkan total pasokan pembangkit listrik adalah 68 MW, jadi masih ada surplus untuk cadangan daya (reserve margin) sebesar 10 MW.

Dengan adanya kapal listrik 100 MW dan PLTMG Ambon Peaker 30 MW, maka suplai listrik ke Ambon akan sangat berlebih, reserve margin hampir 100%, keandalan listrik dapat terjaga. "Jadi tak perlu khawatir krisis listrik di Ambon," tukasnya.

Sistem kelistrikan setempat akan semakin kuat lagi karena pada 2021 ada PLTU 2 x 50 MW di Ambon dan PLTP Tulehu 2 x 10 MW. "PLTP Tulehu mulai dibangun tahun ini. Di RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) pada 2021 ada PLTU 2 x 50 MW di Ambon," tutupnya. (mca/hns)